Saya Juga Pernah Susah

Kita tidak pernah dihargai, didengar, dipinjami, dikunjungi, apalagi diberi sesuatu yang berupa materi yang baik. Kita diberi saat barang itu sudah tidak dibutuhkan lagi. Orang mengunjungi kita saat mereka membutuhkan kita. Dalam keadaan susah tidak ada orang yang peduli. Dalam keadaan sakit tidak ada orang yang menjenguk. 

Handai tolang ketika ketemu dijalanan palingan hanya tersenyum seadanya. Hanya menanyakan kabar dan setelah kita menjawab hanya mengatakan alhamdulillah. Setelah itu mereka pergi dan tidak mau bertanya lagi panjang lebar. Sebab kemungkinan mereka sudah mengetahui kondisi kita. 

Mereka semua berkumpul dengan keluarga yang mampu saja apabila ada hajatan. Arisan, perkawinan, syukuran, hanya dihadiri oleh keluarga yang mampu saja. Itupun kalau terpaksa kita dipanggil dan saat kita sampai palingan disapa seadanya saja. Lain halnya kalau keluarga yang kaya datang, begitu merrka sibuk mengurus mereka. 

Mereka mempersiapkan kamar, mempersiapkan makanan, dan segala keperluan mereka. Beda dengan kita yang kurang mampu hanya menyapa saat kita datang dan setelah itu mereka sibuk dan melupakan kita. Terkadang kita kelaparan, mengantuk tetapi dia membiarkan. Sunggu memperihatinkan sifat kekeluargaan kita. Baca: Jangan berdebat dengan orang yang tidak sepaham 

Kondisi ini yang menanamkan kepada kita, kalau kita mau berubah maka rubahlah diri sendiri. Jangan mengharap kita akan berubah dengan orang lain. Saat ini resapi dan perhatikan tingkalaku mereka. Jadikan cambuk untuk merubah diri kita sekarang. Bermimpilah untuk membalik keadaan, kita diatas mereka dibawah. 

Ketika anda di atas sadarlah bahwa kita juga pernah dibawah. Rasakan waktu itu ketika kita dibawah. Berikanlah perlakuan orang yang baik untuk orang dibawah kita. 

Keluarga yang kaya biasanya hanya melayani yang kaya. Yang miskin diacukan dan tidak dianggap. 

Baca juga : 

Tekun dan konsisten adalah jalan menuju kesuksesan. 

Jangan menunda pekerjaan 

Komentar

Postingan Populer