Kenapa Engkau Berubah

Saya mau tegur tetapi takutnya saya dibaliki? Saya yakin dan percaya itu bersumber dari saya. Saat itu sayalah yang harus merubah diri saya. Mungkin karena saya tidak bisa memberikan yang terbaik. Saya belum bisa memberikan kehidupan yang layak bagi mereka. Saya belum bisa membelikan rumah dan belum bisa memberi nafkah ekonomi yang memadai. Hanya untuk bertahan hidup saja. 

Saya juga sudah berusaha dengan keras tetapi hasil juga tidak bisa maksimal. Setiap saya dikeritik hanya diam saja karena kritikannya memang seperti itulah realitanya. Saya terus mengalah dan menerima realita itu. Saya masak, saya mencuci sendiri, saya yang mencuci piring sendiri. Saya mau marah tetapi saya memang sumbernya. Mungkin itu adalah pantulan dari diri saya. Realita itu adalah teguran dari Allah. 

Saya yang harus berubah, perubahan saya harus mulai dari diri saya. Menurut orang tua perubahan itu harus dimulai dari lingkungan kita. Mau kaya harus bersih, bersih fisik dan lingkungan. Buang semua sampah dan sampah dalam diri. 

Sampah dalam diri sepersti sifat marah, takut, kecewa, sedih, was-was dan lainnya. Sampah lingkungan seperti rumah berserakan, sampah-sampah, tidak rapih dan lainnya. Kedua sampah itu harus kita kendalikan pokoknya tidak adalah lagi sampah berserakan disekitar kita. Sampah dalam diri harus dikosongkan. Hanya dua yang harus kita izinkan yaitu bahagia dan bersyukur. 

Butuh kesabaran untuk melalui itu semua. Sepertinya kita tidak diharapkan kedatangan kita. Ketika datang di rumah tidak ada lagi makanan, sampah berserakan, cucian piring berserakan, cucian menumpuk dan lainnya. Ketika datang dirumah dia sibuk dengan hp. Kehadiran kita sepertinya tidak dihiraukan. 

Mau makan urus sendiri, cucian piring harus saya bereskan, sampah harus saya buang. Sepertinya sibuk dengan temannya, tidak lagi peduli. Itulah resiko, kau harus sabar dan tetap berbuat baik. Jangan membalas karena membalas berarti kita sama dengan dia. Tumbuhkan saja sikap positif dalam diri dan yakin bahwa semua itu akan berlalu.  

Kehadiranmu tidak lagi dihiraukan, sibuk dengan hp. Kita datang dia main hp sampai kita pergi mereka tetap main hp. Kita pergi tidak dihiraukan datangpun tidak disambut. Sampai malam larut tetap main hp. Ketika larut sudah berhenti tetapi tidak mau lagi diganggu, dengan alasan capek.  Wahai pembaca yang budiman, apakah saya harus bersabar atau mengahiri ? Tolong komen. 

Komentar

Postingan Populer